Hampir
setiap kasus kekerasan terhadap perempuan yang ditemukan, diasumsikan bahwa
laki-laki mempunyai pengaruh besar dalam perannya sebagai pelaku. Laki-laki
sangat berkontribusi dalam siklus naik-turunnya angka kekerasan terhadap
perempuan. Apalagi, budaya patriarkhi menjadi corong bagi laki-laki pelaku
kekerasan untuk mendapatkan previlledge tentang sisi maskulinitasnya di
masyarakat.
Ide di atas menjadi alasan mengapa gerakan ini harus dimunculkan.
Dengan adanya gerakan laki-laki anti kekerasan, setidaknya angka kekerasan
terhadap perempuan dapat berkurang. Salah satunya dengan mengusung model
perubahan prilaku, penyadaran dan sosialasi isu laki-laki anti kekerasan.
Menurut pembicaraan yang berlansung pada 14.00-16.30 WIB saat itu,
untuk langkah awal gerakan ini membutuhkan model laki-laki baru yang
diasumsikan sebagai laki-laki yang anti terhadap kekerasan. Pendidikan,
pengalaman dan subjektivitas adalah nilai-nilai dasar yang harus dimilki oleh
masing-masing aktor perubahan. Semangat itulah yang kemudian akan melahirkan
sosok laki-laki yang penuh kesadaran dan bertanggung jawab serta dapat menjalankan
perannya masing-masing degan baik.
Selain internal Nurani Perempuan WCC, gerakan laki-laki
anti kekerasan kedepan juga akan melibatkan Bang Mijen (pegiat LBH dan
penasehat PKBI Sumbar) Iman dan Ola (LBH), Guntur (PBHI Sumbar), Jordan (Guru SMU 2 Padang), Doni
(aktivis UNAND). Serta model laki-laki baru lain yang akan lahir selang berjalannya waktu.
Dengan adanya kemauan dan dukungan yang positif, diharapkan gerakan ini
akan dapat memberikan warna baru kedepannya. Bagi bang Mijen, dengan ikut
sertanya laki-laki dalam sosialisasi penghapusan kekerasan terhadap perempuan,
tentu PR ke depan akan semakin ringan. Karena memang sudah seharusnya laki-laki
turut terlibat dan bersama-sama menciptakan perdamaian. (..)
ed. Fadhli
No Response to "Mengusung Gerakan Laki-Laki Anti Kekerasan"
Posting Komentar