Kaba Nurani, Tak ada yang salah sekiranya ketika remaja diasumsikan
sebagai aset masa depan. Remaja dengan beragam sepak terjangnya diharapkan
dapat menjadi pondasi baru untuk membangun sebuah perubahan. Kreatif dan
inovatif adalah bagian dari watak remaja kebanyakan. Visi inilah yang salah
satunya menjadi prinsip terlaksananya kegiatan pelatihan Penyadaran Gender di
Nurani Perempuan Women’s Crisi Ceneter (NP-WCC).
Bertempat di komplek flamboyan No. 12B kegiatan yang awalnya
diagendakan dalam dua hari ini dapat terlaksana secara maksimal. Untuk
menyiasati itu, Tya yang merupakan koordinator dari pelaksanaan pelatihan
menuturkan, kegian pelatihan dipadatkan saja menjadi satu hari full.
Menurut Tya, pelatihan yang dilansungkan pada tanggal Sabtu (22/3) kemarin,
adalah sarana untuk meningkatkan kualitas serta sumber daya manusia (SDM)
terutama remaja tentang pemahaman gender.
Peserta pelatihan pada sesi perkenalan yang di fasilitasi oleh Wulan Putri
Sesi Permainan yang di fasilitasi oleh Yefri Heriani
Pembagian kelompok FGD
Presentasi, serius banget kayaknya.
masih bisa narsis di sela pelatihan.
Pelatihan yang dimulai pada pukul 09.00-17.30 WIB tersebut
dihadiri oleh peserta yang cukup heterogen. Tidak hanya mahasiswa, bebebrapa diantaranya
berasal dari lembaga jaringan seperti PKBI, Qbar, WALHI dan sebagainya.
Menjelang sore, kegiatan ditutup dengan diskusi bersama Pak
Jen, dosen sosilogi UNAND. Tema yang disampaikan terkait kajian sosiologis
tentang peran laki-laki di Minangkabau. Menurut Pak Jen, sejumlah tokoh
perempuan Minang yang pernah dilahirkan dan mencatat sejarah Indonesia,
dibelakangnya terdapat peran laki-laki yang selalu memberikan dukungan (support).
Rohana Kudus sebagai sosok perempuan Minang yang menggunakan nama suaminya
sebagai nama belakangnya. Sama halnya dengan Zubaidah ratna Juwita redaktur
sunting melayu, Siti Mangopoh dan tokoh perempuan minang lainnya.
Menanggapi itu, salah satu peserta mencoba menggaris bawahi bahwa
hal tersebut sangat lumrah terjadi. Bagaimanapun perempuan mempunyai peran penting
sebagai partner bagi laki-laki, begitu juga sebaliknya. Jadi tak masalah ketika
siapa yang harus menjadi back-up atas keberhasilan satu sama lain.
Selama relasi tersebut tidak timpang dan merugikan salah satu pihak, kenapa
tidak. (..)
Fadhli (ed.)
No Response to "Mengintip Suasana Pelatihan Penyadaran Gender "
Posting Komentar