Jumat, 29 Maret 2013

Mengintip Suasana Pelatihan Penyadaran Gender

Categories: ,



Kaba Nurani, Tak ada yang salah sekiranya ketika remaja diasumsikan sebagai aset masa depan. Remaja dengan beragam sepak terjangnya diharapkan dapat menjadi pondasi baru untuk membangun sebuah perubahan. Kreatif dan inovatif adalah bagian dari watak remaja kebanyakan. Visi inilah yang salah satunya menjadi prinsip terlaksananya kegiatan pelatihan Penyadaran Gender di Nurani Perempuan Women’s Crisi Ceneter (NP-WCC).

Bertempat di komplek flamboyan No. 12B kegiatan yang awalnya diagendakan dalam dua hari ini dapat terlaksana secara maksimal. Untuk menyiasati itu, Tya yang merupakan koordinator dari pelaksanaan pelatihan menuturkan, kegian pelatihan dipadatkan saja menjadi satu hari full. Menurut Tya, pelatihan yang dilansungkan pada tanggal Sabtu (22/3) kemarin, adalah sarana untuk meningkatkan kualitas serta sumber daya manusia (SDM) terutama remaja tentang pemahaman gender. 


Peserta pelatihan pada sesi perkenalan yang di fasilitasi oleh Wulan Putri


Sesi Permainan yang di fasilitasi oleh Yefri Heriani

 

Pembagian kelompok FGD


Presentasi, serius banget kayaknya.


masih bisa narsis di sela pelatihan.

Pelatihan yang dimulai pada pukul 09.00-17.30 WIB tersebut dihadiri oleh peserta yang cukup heterogen. Tidak hanya mahasiswa, bebebrapa diantaranya berasal dari lembaga jaringan seperti PKBI, Qbar, WALHI dan sebagainya. 

Menjelang sore, kegiatan ditutup dengan diskusi bersama Pak Jen, dosen sosilogi UNAND. Tema yang disampaikan terkait kajian sosiologis tentang peran laki-laki di Minangkabau. Menurut Pak Jen, sejumlah tokoh perempuan Minang yang pernah dilahirkan dan mencatat sejarah Indonesia, dibelakangnya terdapat peran laki-laki yang selalu memberikan dukungan (support). Rohana Kudus sebagai sosok perempuan Minang yang menggunakan nama suaminya sebagai nama belakangnya. Sama halnya dengan Zubaidah ratna Juwita redaktur sunting melayu, Siti Mangopoh dan tokoh perempuan minang lainnya.

Menanggapi itu, salah satu peserta mencoba menggaris bawahi bahwa hal tersebut sangat lumrah terjadi. Bagaimanapun perempuan mempunyai peran penting sebagai partner bagi laki-laki, begitu juga sebaliknya. Jadi tak masalah ketika siapa yang harus menjadi back-up atas keberhasilan satu sama lain. Selama relasi tersebut tidak timpang dan merugikan salah satu pihak, kenapa tidak. (..)
Fadhli (ed.)

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "Mengintip Suasana Pelatihan Penyadaran Gender "

Posting Komentar